Nak Jawa Belajar Bahasa Bali

Nyempal dikit dari tulisan bersambung soal perjalanan ke Flores. Tiba-tiba aku pengen nulis soal bahasa.

Jawa dan Bali itu memiliki karakter yang tidak jauh beda. Misalnya soal feodalisme. Menurutku keduanya memiliki budaya yang bertingkat-tingkat dalam interaksi, termasuk soal bahasa. Kalau di Jawa, terutama Mataraman alias Jawa Timur bagian barat daya dan Jawa Tengah bagian selatan serta Yogyakarta, masyarakatnya mengenal tingkatan dalam bahasa, maka begitu pula Bali. Berbicara dengan orang yang lebih tua harus menggunakan tingkat bahasa lebih halus dibanding dengan bahasa untuk orang yang sepantaran.

Setahuku ini berbeda dengan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia yang tidak ada tingkatan bahasanya. Jadi kita bisa menggunakan bahasa yang sama untuk siapa saja dengan bahasa Melayu.

Selain soal tingkatan, bahasa Jawa dan Bali juga memiliki banyak kata yang sama. Lucunya kadang-kadang tingkatan bahasa ini bisa bertolak belakang. Di Jawa adalah bahasa halus, di Bali justru bahasa kasar. Atau di Bali bahasa halus, padahal di Jawa itu bahasa kasar. Ada beberapa contoh. Tapi kok aku lupa ya sekarang. Hehehe..

Lalu balik ke topik awal. Kesamaan bahasa Bali dan Jawa itu yang memudahkan aku, sebagai nak (orang) Jawa, untuk belajar bahasa Bali. Kata-kata yang sama artinya itu seperti mulih (pulang), sugih (kaya), dan lain-lain. Ada pula kata yang mirip di pengucapan dan bermakna sama meski beda tingkatan. Misalnya medahar (kasar di Bali) yang sama dengan dahar (halus di Jawa). Arti kata ini sama yaitu makan, namun beda di tingkatan bahasanya.

Nglantur dari topik sedikit. Soal tingkat bahasa itu, menurutku, memang hal paling lucu dari feodalisme Jawa dan Bali. Kadang-kadang ada orang yang merasa direndahkan hanya gara-gara penggunaan bahasa untuk tingkat lebih rendah, padahal artinya sama.

Ada contoh lucu yang pernah ditulis almarhum Made Kembar Karepun, salah satu intelektual di Bali soal bahasa ini. Kalau tidak salah begini. Seorang dari kasta lebih tinggi (Ksatria) pernah menuntut seorang yang berkasta lebih rendah (Sudra) gara-gara orang Sudra itu menggunakan kata ngamah (artinya makan) untuk orang Ksatria. Kasus ini benar-benar terjadi pada tahun 1940an.

Oleh hakim, yang kebetulan orang Batak, si Ksatria itu ditanya kenapa kok keberatan. Dijawab olehnya bahwa kata ngamah itu sangat kasar. Menurut si Ksatria, seharusnya si Sudra menggunakan kata ngajeng, bukan ngamah, untuknya.

“Apa artinya ngajeng?” tanya hakim.

“Makan,” jawab si Ksatria.

“Lalu artinya ngamah?”

“Makan juga.”

“Lha kalau artinya sama-sama makan, kenapa Anda mesti marah,” kata si hakim. Lalu Sudra itu pun divonis bebas.

Ilustrasi ini hanya menggambarkan bahwa tingkat bahasa Bali, seperti halnya bahasa Jawa, seringkali memang jadi masalah. Begitu pula bagi aku yang belajar bahasa Bali.

Dari pertama tinggal di Bali, sejak Juni 1997, aku tinggal di Denpasar. Bahasa gaul di Denpasar cenderung singkat, tidak lengkap. Mungkin ini erat kaitannya dengan budaya kota yang serba cepat. Maka pengucapan bahasa pun demikian. Contohnya pengucapan kata pipis yang artinya uang. Oleh orang Denpasar hanya jadi pis, hilang pi-nya. Jadi yang semula mirip orang kencing (pipis) jadi orang yang cinta damai (pis). Hehe..

Contoh lain adalah lakar (akan). Orang Denpasar cuek bebek menyebut kal. Artinya sama saja yaitu akan atau mau. Contoh kalimatnya begini, “Lakar kija?” atau “Mau ke mana?” bisa jadi hanya, “Kal kija?”. Dan masih banyak lagi contoh lain. Intinya bahasa di Denpasar cenderung singkat dari kata asli dan lebih kasar dibanding, misalnya, Gianyar dan Bangli.

Bagi aku, ini kadang jadi masalah. Kalau bicara dengan orang Bali yang kira-kira sepantaran sih tidak jadi soal. Aku bisa dengan cuek pakai bahasa Bali ala Denpasar ini. Tapi aku tidak cukup PD kalau ngomong Bali ala Denpasar ini dengan orang yang lebih tua. Misalnya dengan mertua atau kakek dan (almarhum) nenekku, yang orang Bali. Dengan mereka, aku lebih sering pakai bahasa Indonesia. Takut saja sih dipikir, “Dasar mantu kurang ajar. Sudah dikasih anak, masak masih saja pakai bahasa kasar?” Hehehe..

Cara paling mudah untuk belajar bahasa Bali, menurutku, adalah dengan praktik langsung. Kalau ketemu sama teman yang asli Bali, aku pakai bahasa Bali. Sebab, bahasa adalah soal kebiasaan.

Masalahnya, tidak sedikit juga teman orang Bali yang malas pakai bahasa Bali. Entah kenapa orang Bali sendiri, terutama sesama cewek muda, lebih suka berbicara dengan temannya dalam bahasa Indonesia meski sama-sama orang Bali, apalagi sama nak Jawa.

Ada yang lebih lucu lagi. Beberapa temanku yang orang Bali dan pernah tinggal di Jawa, justru lebih suka ngomong pakai bahasa Jawa dengan aku. Mereka sih rata-rata kuliah di Yogyakarta, Malang, atau Surabaya. Meski aku sudah ajak ngomong pakai bahasa Bali, tetap saja mereka pakai bahasa Jawa. Alhasil, bahasa Baliku pun tidak makin berkembang.

Jadinya ya, sori gen nah. Hahaha..

43 Comments

Filed under Bali, Daily Life, Pikiran

43 responses to “Nak Jawa Belajar Bahasa Bali

  1. devari

    medahar atau medaar, bukanlah kasar melainkan tingkat menengah.

    *jadi pegin nulis tentang bahasa Nusa Penida yang beda banget dengan bahasa Bali*
    fyi, nusa penida masuk wilayah Bali juga lo, in case ada yang lom tahu 🙂

    http://devari.wordpress.com/2007/09/27/introduction-to-nusa-penida-language/

  2. belajar bahasa buleleng aja bli, biar terasa kasarnya.
    btw saya juga lebih suka mengunakan bahasa jawa dengan nak jawa,

  3. menurut gw sebagai orang bali yang tidak bisa bahasa bali,bahasa bali itu bahasa yang paling unik.dan menurut gw bahasa itu norma,itu yang membedakan kita sama negara2 barat atau kapitalis…sekarang aja gw lagi belajar bahasa bali
    🙂

    • yusuf

      ya betul
      kita harus melestarikan budaya kita masing masing
      agar g diklaim ma malayan
      skr q jg blajr b jwa
      tunjukkan pd dunia bahwa kt bs

  4. hm… daku 10 tahun di bali ga bsia bahasa bali, bisapun.. sangat medhok. meski klo diam tanpa ngomong, orang pasti nyangka aku orang bali. iya khan bang?

  5. aku gen be 6 thn dini nu keseleo yen ngomong basa bali.
    yaa.. perlu kebiasaan aja..

    mari.. melali sambil melajah.. hi.3

  6. yap, org semarang malah pada males pake bhs jawa jadinya bhs jawa saya juga tdk byk berkembang walaupun sudah 10 thn tinggal di semarang

  7. Ina

    😀 ooo..bgitu yach. Pantesan aja sa sempat agak bingung ama bahasa bali.

    ternyata ada kasar dan halus juga.

  8. Bahasa Menunjukkan Bangsa

    *hahaha, sok serius

    Memang banyak hubungan antara bahasa Jawa dan Bali. Makanya orang Bali pun lebih gampang mengerti bahasa Jawa. Tetapi perbedaan tingkatan bahasa (kasar dan halus) kadang menimbulkan kelucuan atau masalah.

  9. Pingback: “Cang Kemu” : wirautama.net

  10. ada bahasa di Jawa kasar, di Bali Halus. Contohnya “Cokor”. Artinya sama-sama Kaki. Tapi di Jawa ini sangat kasar. Maka di Semarang sering ada yang heran kalau saya cerita di Bali ada gelar bangsawan “Cokorda”. “Itu gelar Bangsawan?” tanya mereka terheran-heran.

  11. kata pertama yang dilarang teman saya yaitu adalah “kenyang” pada awalnya binggung kenapa, tapi setelah dijelaskan akhirnya cuman bilang oooo…

    • yusuf

      hahaha sy jg taw tu
      hahaha
      pantesan tman sya cwek dr bli
      terheran2 waktu saya blg tu
      hahahahaha
      bahasa memang gila………..
      TP ASIK COY

  12. Purnama Yasa

    Memang beda arti “Kenyang” Indonesia dengan “Kenyang” Bali, pasti kebanyakan sudah ada yang tau artinya

  13. beneh nto bos…,rage merasa bahasa bali sekarang dimata kaum muda seperti udah tinggalkan, kalo pake bahasa bali dibilang kuno alias mati gaya cing….!! dan mereka justru merasa lebih funkeh kalo bernesia alias pake bahasa indonesia..

    Kalo semua seperti ini siapa yang akan mengajarkan bahasa bali untuk generasi penerus kita…???
    pissssss

  14. saya malah krisis identitas.
    kalo lagi sama orang jawa yang lagi main ke rumah, saya pasti dibilang bali banget kalo ketangkep lagi ngobrol sama sesama orang rumah.

    tapi kalo lagi ngumpul2 sama temen2 bali, saya pasti dibilang jawa banget. beuh… jadi orang prancis memang susah… :mrgreen:

  15. Purnama Yasa

    Ada lagi anak-anak bali jaman sekarang tidak diajari bahasa Bali dari kecil, langsung diajari bahasa Indonesia, gimana tidak punah tuh bahasa Bali. Saya sendiri aja malu karena tidak terlalu bisa bahasa Bali halus… padahal orang Bali 🙂

  16. Jadi orang bali jangan sampai lupa balinya dong. Malu dong…..

  17. Jadi orang bali jangan sampai lupa balinya dong.
    Jangan ampe lupa n ga bisa bahasa bali. Saya aja yang lahir di lampung masih ingat, masak yang tinggal di bali ga ingat bahasa bali,Malu dong…..:-)!

  18. purnajaya

    bagi temen2 bali khususnya cobalah mulai sekarang belajar dan galilah bahasa bali sampai keakar-akarnya seluruh pelosok bali sampai kenusa penida anda akan banyak menjumpai berbagai suku kata yang berbeda tapi memiliki makna yang sama. Jangan segan2 mengajari anak2 atau komonikasi dengan anak menggunakan bahasa bali ( Bahasa ibu ) supaya nanti kita tidak mempelajari bahasa bali ke negeri belanda dan itu tidak gratis, masak bahasa sendiri kita beli apalagi kursus bahasa bali ini akan lebih sangat lucu sekaliiiiiiiiiii, bagi orang bali. Sejelek apapun logat jangan dijadikan hambatan karena hal itu adalah ciri khas suatu daerah, dalam satu desa saja akan terjadi perbedaan penyebutan suku kata, logat atau dialek dan makna yang berbeda apalagi dalam kabupaten, banyak dan beragam, dari logat aja kita akan tahu yang diajak bicara berasal dari mana, ohhh ini dari kr asem, klungkung, buleleng atau bangli.
    gitu lho…….
    ngiring sareng – sareng melajahang angga pinaka pewaris budaya bali utamin ipun bahasa sane pinih patut uratiang pisan kewentenan ipun dumogi peresida ajeg tur lestari kapungkur wekas ngatos pretisantana manusa bali sane kari eling ring jagat bali, dumadak nemu bagia,

  19. kalo aku, orang jawa tulen karena aku lahir di daerah wilayah kraton Kasunanan Surakarta, tapi kenapa aku lebih suka pake bahasa jawa ngoko ketimbang krama. padahal solo atau surakarta adalah pusatnya budaya jawa. ku akui memang jawa tengah tu ada 3 dialek bahasa jawa yang sangat berbeda. pertama solo-jogja, banyumas, dan pantura. bahasa banyumas dan pantura cenderung banyak menyerap kosa kata sunda jadi aku bingung jika ngomong sama orang tegal, brebes, purbalingga, cilacap, banyumas sendiri ato wilayah jateng bagian barat yang lainnya, mending pake bahasa indonesia.seperti kata unggal dina, nalangsa, sapiraha, inikan sunda banget gitu lho.
    aku juga kadang-kadang suka ngomong bali karena temanku juga banyak dari sana.
    bahasa jawa dan bali tu banyak kesamaan dan perbedaanya. pokoknya asyik banget kalo bisa ngomong jawa ato bali.

  20. ikhsan

    kalo aku, orang jawa tulen karena aku lahir di daerah wilayah kraton Kasunanan Surakarta, tapi kenapa aku lebih suka pake bahasa jawa ngoko ketimbang krama. padahal solo atau surakarta adalah pusatnya budaya jawa. ku akui memang jawa tengah tu ada 3 dialek bahasa jawa yang sangat berbeda. pertama solo-jogja, banyumas, dan pantura. bahasa banyumas dan pantura cenderung banyak menyerap kosa kata sunda jadi aku bingung jika ngomong sama orang tegal, brebes, purbalingga, cilacap, banyumas sendiri ato wilayah jateng bagian barat yang lainnya, mending pake bahasa indonesia. seperti kata unggal dina, nalangsa, sapiraha, inikan sunda banget gitu lho.
    aku juga kadang-kadang suka ngomong bali karena temanku juga banyak dari sana.
    bahasa jawa dan bali tu banyak kesamaan dan perbedaanya. pokoknya asyik banget kalo bisa ngomong jawa ato bali.

  21. igungbudi

    tyang sendiri nak bali asli (lahir di bali, tp besar di Sulawesi) waktu ke bali tahun lalu tyang pake basa indonesia saja soalnya takut salah ngomong gak bisa basa bali alus.. mau belajar bali alus tapi susah yah di perantauan..udah campur2 sih bahasanya.. but i always love bali…

  22. gek jegeg

    patut pisan!!!!
    nak bali patut ngelestariang gumu baline.
    Bali gelah rage jak makejang.
    NGIRING SARENG2 LESTARIANG BALI DUENE

  23. kiroi

    aduuuh…
    lo kalian c masih mending,masih da nguasain bahasa daerah walaupun cm 1 ato 2, nah diriku neh…
    ksiaaan bgt kEbanyakan pindah2 malah jd krisis bahasa,g ngerti bahasa daerah apapun…misunderstanding mulu..
    bahasa jawa g ngerti, bahasa banjar g ngerti, bahasa bugis bingung, bahasa kutai apalagi, bahasa dayak lebih2…g ngerti…kyknya bakat bahasaq neh limited bgt..
    lebih baek ditanyain pake bahasa inggris daripada bahasa daerah.
    untungnya da sumpah pemuda yang bikin bahasa indonesia sbg bahasa persatuan.
    jd keliling indonesia cukup bermodalkan 1 bahasa.
    bahasa Indonesia…HidUp Bahasa Indonesia!!!
    ehh…pi tolong ajarin bahasa bali juga dunkz..pengen jg jdx…

  24. deya

    Memang bahasa menunjukan bangsa, apalagi kita sekarang krisis identitas, sebagai anak bangsa maka galilah dan pelajari apa yang sudah menjadi warisan nenek moyang kita yang sangat beragam, cintai, dan bangga menjadikan itu sebagai suatu indentitas, sebagai suatu jati diri..apaun bahasa itu, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali…etc.. Aku Bangga Menjadi orang Indonesia..Indonesia Jaya!!!

  25. wakakakakakk… mai bareng2 mlajah base2 di bali,..mulai base rajang, base jangkep, base genep, base ape gen be ink ngken, onyang ade di bali… wakakakakak.. mlali ke http://www.arekbali.co.cc nah jak mekejang.. ajaine je base bali.. jeg dijamin lancar..

  26. Aku orang Jawa Timur yang sekarang sedang belajar Bahasa Bali. Awal aku kenal orang – orang Bali adalah sewaktu aku kerja di agen kru kapal pesiar, yang notabene 70 – 80% dari kru kapal itu adalah orang Bali. Otomatis, lingkungan pergaulanku ya orang – orang Bali.

    Itu semua membuat aku ingin mengetahui apapun tentang Bali, baik itu budaya, bahasa sampai lagu – lagunya (I like Di Ubud Band and Nanoe Biru song).

    Mengenai Bahasa, aku sekarang lagi belajar, baik dari lagu – lagu, denger orang ngomong, sampai ngintip kamus Bali online (baliwae.com). Tapi, ya gitu… Untuk praktek ngomongnya masih belum pede. Logatnya belum bisa, yang ada medhok Jawanya keluar. Pernah nyoba ngomong, eh diketawain… Mereka bilang lucu…

  27. Ayu Sukajaya

    Beh, Men tyang, setate nganggen base bali di jumah lan di luar rumah men angajak nak Bali……….sakewanten yen ngajak nak jawa , tyang nganggen bahasa indonesia, kerana takut ipun ten ngerti…….tyang mangkin lagi ngajahin anak2 tyang setate mebase Bali ……..yah….memang agak susah..krn lingkungannya semua brbahasa Indonesia dan inggris,,,,,,??????????????

  28. iseng2 nanya pak de Google tentang “belajar bahasa bali” eh nyasar kesini, hehehe

  29. emmmmmmmmmm…………………..
    ajarin bhs bali donx,q g tau.
    q ank jawa hehehehehe……………666x

  30. emmmmmmmmmm
    ajarin bhs bali donx q g tau,coz q ank jawa
    hehehehehe………666x

  31. wawan

    makasih uda mau bagi2 ilmu….cuma sayang bozz kok gak diterbitkan kamus khusus ( spesifikasi )bahasa bali kan lebih enak buat pemula yang mau belajar……tak tunggu bozz kamuzx

  32. apa ya bedanya orang bali ma orang jawa?

  33. dari dulu cum bisa bilang
    rahajeng wengi
    rahajeng semeng
    merayunan
    ugh beribet bahasanya

  34. Lea Soebrata

    ajarin gw bahasa bali nok..abdi urang sunda ti Bandung..

    ingetang de nyaan anggone basa ane kasar ajak anak ane mara kenal..^^ hehehe

  35. ratna

    aduh…. parah”.ckckck msk rank bali dkalahin ma rank jawasich..rank jawa ajj bsa ngmng bahasa bali,mzk kta rank bali gx bsa bahasa bali,,gc melestarikan bahasa bali toe nmanya tw,,,,aduuh parah.parah
    mank app sich ssahna bahasa bali.rank bahasa bali aluh ken meju to nwng,,,,,,,,,,,,,
    uuuh..NORAK toe yg gx bsa bahasa bali,,
    n lx klian pngn bljar bahasa bali,blajar ajj di saya,,,dijamin psti LANCAR dech,,,,
    lx pngn bljar bahasa bali silahkan hubungi:
    085737658774

  36. ratna

    ngrti artine ne?
    “luh,mkatuk yuk.ajake mkatuk,celak beline sube kenyang ne”
    lamun ngrti bange nyen ngidih celak,,,,,,,,,,,,,,,nyak pe ink?

  37. Pingback: Bali Has a Lot of Charm and Uniqueness « Kami Anak Nusantara's Blog

  38. desak_made

    coba ad kursus bhs bali…ak bkal jd org pertama yg daftar dh….hihihihihi^^ malu g bisa bhs bali..(-.-“)

  39. saya kelahiran semi sunda-bali, sangat tertarik dengan bahasa Bali. jarang sekali di Bandung bertemu dengan orang Bali juga, ngitung2 lancarin bahasa 😛

Leave a comment