Monthly Archives: March 2005

Dor! Dan Matilah Preman itu di Depan Mataku..

Lima laki-laki bertampang sangar menghajar dua anak SMU. Mereka jelas lawan yang tidak seimbang. Anak SMU itu pun jadi bulan-bulanan. Keduanya ditendang, dipukul, hingga jatuh ke tanah.

Namun lima laki-laki itu terus menghajar.

Aku menahan nafas. Kasian melihat kedua anak SMU, yang dihajar lima preman tersebut.

Lalu, muncul cowok berkepala plontos. Diraihnya pistol di balik pinggang. Lalu, DOR! Tembakannya tepat di jidat kepala preman yang mengeroyok dua temannya. Preman itu pun mati. Terkapar..

Ehm, maaf itu hanya cerita pas aku nonton film Mengejar Matahari akhir pekan ini. 🙂

But, bukan itu cerita lengkapku.

Kali ini soal blog. Gak kerasa udah setahun ini aku punya blog. Awalnya aku kenal blog dari sireum hideung (setan.bbv.or.id). -Btw, kumaha kabar, Teh?- Itu pun tak sengaja. Kami ketemu pas lagi chatting. Itu juga pas aku lagi iseng chatting. Padahal sebelumnya gak pernah chatting.

Lalu, aku pun punya blog. Ternyata asik banget. Aku jadi biasa nulis pengalaman, perasaan, atau apalah yang ada di diriku lebih spontan. Lebih santai. Gak harus mikir soal cover both side, check and recheck, dan tetek bengek aturan lain kaya pas nulis berita.

Dan, mengalir begitu saja. Aku jadi kenal AANN, Andi, Bang Latief, Sherly, Uyet, dst. -Maaf gak bisa nyebut satu per satu. Kan bisa diliat di link. :)-

Smuanya jadi referensi dalam perjalanan hidup. Ehm, jadi melankolis gini ya?

Ya, begitulah. Thanks alot untuk semua yang udah mau kenalan. Meski itu cuma di dunia maya..

2 Comments

Filed under Uncategorized

Birokrasi Memang Menyebalkan!

Pagi ini aku bangun dengan pikiran gak jelas.
Antara bingung dan sebel.
Gara-garanya urusanku ga pasti karena birokrasi.
-Gak usah diceritain birokrasi macam apa-
Aku pengen bagi sebel ma orang lain. But, gak ada pulsa untuk SMS.
Lalu, pagi ini aku udah di depan komputer.
Jadi ya sebelnya ditumpahin di monitor aja.
BIROKRASI S#CK!

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Ada Gunanya juga Jadi Wartawan…

Seorang ibu menelpon ke redaksi Kulkul, tabloid bulanan yang khusus membahas tentang HIV/AIDS dan narkoba. Aku sedang asik memelototi monitor komputer pas telpon itu berdering. Sudah sekitar pukul empat sore. Cuma ada aku di dalam ruangan. Jadi ya mau gak mau aku yang ngangkat.

Kulkul termasuk media baru. Bulan ini baru edisi kedua. Aku bantu-bantu di sana. Ya, sambil cari-cari suasana baru. Sekalian cari sampingan selain majalah mingguan tempatku kerja selama ini. –Aku berenecana untuk posting pengalaman baru ngliput soal HIV/AIDS dan narkoba ini. But sampe sekarang belum juga. Lupa terus-

“Kulkul tuh terbiat setiap apa, Pak?” tanya ibu itu.

“Tiap bulan, Bu.”

“Kapan ya terbit lagi?”

“Rencana sih hari ini. Tapi sampe sekarang belum datang. Mungkin masih dicetak.”

“Terus siapa yang bikin?”

“KPAD dan BNP Bali, Bu.”

“Apa ya itu?”

Aku agak heran. Kalau ibu itu tidak tahu tentang Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) dan Badan Narkotika Provinsi (BNP), mungkin dia orang baru kenal soal HIV/AIDS dan narkoba. Sebab, setauku semua orang yang berhubungan dengan dua masalah itu di Bali pasti tau tentang dua lembaga pemerintah tersebut.

Aku jelasin aja. Sekalian bertanya bagaimana dia tahu tentang Kulkul. Sebab, media ini memang hanya di kalangan pegiat penanggulangan HIV/AIDS dan narkoba.

Ibu itu bilang kalau dia tahu dari salah satu dokter konsultan soal narkoba.

“Kok ibu tertarik soal narkoba?” tanyaku.

Ibu itu diam sebentar. Aku mendengar dia menghela nafas panjang. Seperti menahan sesuatu untuk ngomong.

“Anak saya mulai pake narkoba. Saya mau dia baca-baca tulisan soal akibat kalau make narkoba. Saya baca di Kulkul ada tulisan soal itu. Saya mau kasih anak saya. Biar dia tahu akibatnya.”

Setelah bilang terima kasih, ibu itu menutup telpon..

Aku tertegun. Baru kali ini aku mengalami langsung ada orang yang mengaku bahwa media tempatku bekerja berguna bagi dia. Empat tahun jadi wartawan, baru kali ini aku merasa berguna bagi orang lain. Jadi terharu..

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Perjalanan ke Alas Purwo Banyuwangi

Ketika ada teman yang mengajak liburan ke Banyuwangi, aku mengiyakan saja. Kenapa tidak? Kalo gak salah sudah tiga tahun ini aku Nyepi di Bali. Terakhir aku keluar Bali pas Nyepi sekitar 2001 lalu. Waktu itu ke Lombok. Menikmati Senggigi, Kute, Narmada, Sesaot, Gili Meno, juga ayam bakar Taliwang. Hm, pedesnya siapa tahan..

So, Nyepi ini aku ikut saja ke Banyuwangi. Toh, biasanya juga hanya lewat. Itu juga kalo perjalananku ke Jawa lewat jalur selatan. Setiap tempat baru biasanya membuatku bersemangat. Mumpung liburan tiga hari. Jadi refreshing bentarlah.

Kamis sore kami sampai Ketapang. Wowok, temanku itu ngajak nginep di tempat om-nya. Jumat pagi kami baru dijemput Agung, teman kuliah yang sudah lulus. Sekarang dia kerja di Petrokimia Gresik untuk wilayah Banyuwangi. Nama tempat temenku tuh asik juga, Glenmore. Mirip2 bahasa Inggris atau Belanda. Kata Agung sih memang dari bahasa Belanda. Kurang lebih artinya dataran tinggi. Dulu banyak Londo tinggal di Glenmore untuk ngurus kebun. Daerah ini memang banyak perkebunan sampai sekarang.

Continue reading

4 Comments

Filed under Perjalanan, Uncategorized

Sepinya Denpasar pas Galungan

SELAMAT GALUNGAN, NYEPI, DAN KUNINGAN
BUAT YANG NGRAYAIN..
MAKE PEACE NOT WAR!

Sejak Senin lalu Denpasar terasa lebih sepi dibanding biasanya. Padahal hari-hari ini dalam suasana hari raya. Rabu kemarin, umat Hindu di Bali merayakan Galungan. Hari raya tiap enam bulan sekali ini bermakna kemenangan dharma atas adharma atau kebaikan atas kejahatan. Ya, kurang lebih begitulah maknanya. Aku tanya beberapa temen yang ngrayain dibilang begitu soalnya.

Seperti halnya kota besar lain, sebagian besar warga Denpasa juga kaum urban yang sudah menetap. Mereka datang dari daerah-daerah lain di sekitar Denpasar. Jadi ketika hari raya gini mereka pada mudik. Karena itulah Denpasar terasa lebih sepi. Apalagi Galungan sekarang berdekatan dengan Nyepi, hari raya (terbesar kali ya) umat Hindu.

Denpasar relatif agak sepi sejak Senin lau karena umat Hindu sedang mempersiapkan diri menjelang Galungan. Maklum rentetan menjelang dan sesudah Galungan memang lumayan banyak. Dua hari menjelang Galungan, krama (umat) terlebih dulu membuat kue-kue untuk sarana persembahan. Bahasa Bali-nya Penyajaan Galungan. Dari kata jaja (dibaca jaje) yang berarti jajan atau kue. Jaja Bali ini misalnya begina, jaja uli, dan dodol. Semuanya terbuat dari beras atau ketan.

Selain membuat jaja, ibu-ibu dan cewek-cewek juga mejejaitan atau membuat sarana upacara dari janur. Ada yang diseut banten, gegantungan, canangsari, sodan, dan gebogan. Banten dan canang sari berbentuk kotak kecil yang biasa dipakai tiap hari ketika sembahyang. Gegantungan semacam pernak-pernik kecil yang digantung di pura pribadi (sanggah). Sedangkan gebogan dan sodan itu tempat sesajen berupa buah yang biasa dibawa di kepala ibu-ibu. Kaya yang di foto-foto atau TV-TV itu..

Hari selanjutnya disebut Penampahan Galungan, yang berasal dari kata nampah atau motong hewan. Ini pekerjaan cowok-cowok atau bapak-bapak biasanya. Hewan yang dipotong itu pada umumnya babi. Namun ada pula yang memotong ayam atau bebek. Kalo sapi setauku tidak boleh. Sedangkan kambing juga tidak. Entar dipikir nyaingin Idul Adha lagi. 🙂

Selain motong hewan, pada H-1 ini juga mulai dipasang penjor. Tapi kadang-kadang dua hari sebelumnya juga sudah dipasang. Penjor itu bentuknya seperti umbul-umbul tapi tanpa kain. Pada bambu kecil yang melengkung ujungnya itu diberi berbagai hasil bumi seperti kelapa, janur, buah-buahan, dan semacamnya. Penjor ini dipasang di pintu masuk halaman rumah. Setahuku ciri khas Galungan dan Kuningan ya penjor ini. Maknanya sebagai ucapan terima kasih pada sang pencipta.

Finally pada hari H. Hari ini diawali dengan sembahyang di pura rumah masing-masing. Awalnya sendiri-sendiri lalu sekeluarga. Setelah itu dilanjutkan sembahyang di pura tempat beraktivitas sehari-hari. Bisa di kantor, kampus, sekolah, pasar, atau tempat lain. Setiap orang bisa sembahyang di beberapa tempat. Lalu dilanjut sembahyang di pura publik. Di Denpasar misalnya adalah Pura Jagatnatha di dekat Lapangan Puputan Badung. Sembahyang juga dilakukan di pura leluhur atau di kampung. Hampir sehari penuh umat Hindu bersembahyang ke berbagai pura ini. Karena itulah ketika Galungan, Bali sepi aktivitas. Kantor pada tutup. Jadi yang tidak merayakan bisa liburan hampir seminggu.

Seba ritual saat Galungan masih berlanjut sehari setelah Galungan. Pada hari yang disebut Manis Galungan ini biasanya umat Hindu saling berkunjung. Silaturahmilah sama keluarga, teman, atau semacamnya. Saat Manis Galungan ini biasanya Denpasar mulai rame dengan aktivitas orang jalan-jalan ke pantai, mall, atau yang lain.

But, kali ini masih sepi. Bisa jadi karena Galungan kali ini berdekatan dengan Nyepi Jumat besok. Jadi sebagian besar krama justru sibuk siap-siap menyambut Nyepi. But, asik juga kalo Denpasar sepi gini.. 🙂

1 Comment

Filed under Uncategorized

AHMAD WAHIB AWARD 2005

-pengennya sih posting yang lain. but, belum ada. jadi ya ini aja. dikirimi seorang temen. kali aja ada yg tertarik-

Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI), Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Freedom Institute (FINS) menyelenggarakan Sayembara Penulisan Esai “AHMAD WAHIB AWARD 2005”dengan tema “Bergulat dengan Islam” bagi mahasiswa (S1) se-Indonesia, adapun pilihan tema turunan:
1. Mahasiswa Mencari Islam: Sebuah Refleksi Pribadi
2. Fenomena Fundamentalisme di Kalangan Mahasiswa

Hadiah:
Esai terbaik Rp. 30.000.000,-
(Tiga puluh Juta Rupiah)

Dewan Juri:
§ Budhy Munawar-Rachman
§ Hamid Basyaib
§ Lies Marcoes
§ Lily Munir
§ Moeslim Abdurrahman

Ketentuan:
Peserta memilih salah satu dari tema turunan di atas.
Naskah harus asli, bukan terjemahan, bukan saduran, atau mengambil dari karya yang sudah ada.
Naskah belum pernah diterbitkan di media massa dan tidak sedang diikutkan dalam lomba karya tulis apapun.
Naskah yang masuk menjadi hak panitia dan tidak dikembalikan.
Keputusan juri bersifat mutlak, mengikat dan tidak bisa diganggu-gugat.
Perlombaan tidak berlaku bagi panitia.
5 (lima) orang nominator akan diwawancarai oleh Dewan Juri. Pemberitahuan akan diberikan kemudian.
Lomba ini menekankan aspek argumentasi, ketajaman pikiran dan gaya penulisan.

Persyaratan:
Peserta tidak diperkenankan mengirim lebih dari satu naskah.
Naskah dikirim rangkap tiga, diketik di atas kertas kwarto, spasi ganda, menggunakan font Times New Roman dengan ukuran huruf 12, 20-30 halaman.
Lampirkan biografi singkat penulis, fotokopi KTM dan 2 lembar foto berwarna ukuran 3×4. Sertakan alamat lengkap, nomor telepon (sangat penting) dan e-mail.
Naskah dimasukkan ke dalam amplop tertutup dan di sudut kiri atas amplop tulis “Sayembara Penulisan Esai Ahmad Wahib Award”.
Naskah dikirim ke: Panitia Sayembara Penulisan Esai “Ahmad Wahib Award 2005”. Alamat: FORMACI, JL. Semanggi I No. 16 B, Cempaka Putih, Ciputat-Jakarta Selatan, Kode Pos 15412. Telp. 021-9212782.
Panitia juga mengharapkan naskah dalam bentuk file melalui e-mail: ahmadwahib_2@yahoo.com
Naskah dikirim ke panitia paling lambat tanggal 10 Mei 2005 (cap pos).

Pengumuman Pemenang
Tanggal 27 Juni 2005
Pada Malam Anugerah Ahmad Wahib Award 2005
di Wisma Antara

Contact Person:
08151653689 (Muhammad Akib), 081510076848 (Agus Budianto).

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Ketika Patrick Terusik Harga BBM yang Naik

-judulnya maksa ya?-

Topik paling rame dibicarakan hari-hari ini adalah soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Demo di berbagai tempat kembali marak. Isunya menentang kenaikan harga BBM. Argumentasinya sih karena kenaikan harga BBM akan semakin menyengsarakan rakyat miskin. Trus di koran, TV, majalah, dan media lain juga ribut2 soal kenaikan BBM ini.

Selain kenaikan BBM, ada pula efek samping yang kini asik jadi bahan diskusi. Paling gres sih soal iklan Freedom Institute di (yang aku tau sih hanya) Kompas (Sabtu, 26/2) lalu. Dalam iklan berwarna satu halaman penuh, harganya mungkin ratusan juta, itu Freedom Institute menyatakan beberapa alasan kenapa mereka mendukung kenaikan BBM. Freedom Institute ini didanai Aburizal Bakrie, salah satu menteri pemerintahan saat ini. Beberapa orang di dalamnya adalah Andi Mallarangeng dan Dino Pati Jalal, keduanya juru bicara presiden. Selain itu ada pula beberapa intelek seperti Goenawan Muhamad, Ulil Absar, Frans-Magnins Suseno, dst..

Salah satu alasan yang disampaikan Freedom Institute adalah bahwa selama ini harga minyak di Indonesia terlalu murah dibanding harga di pasar dunia. Aku gak inget persis. Karena selisih ini, pemerintah Indonesia harus mensubsidi sekitar Rp 200 milyar per hari. “Bayangkan berapa banyak rumah sakit atau sekolah yang bisa kita bangun dengan uang segitu,” kurang lebih gitulah iklan mereka.

Di Kompas, perdebatan soal ini sangat seru. Ada yang menuding kelompok intelektual itu sudah melacurkan diri. Meminjam istilahnya Gramsci sudah jadi intelektual organik-nya penguasa. Ada pula yang menuduh pengkhianat. Dst. Selain menuduh soal “perselingkuhan” intelek dengan penguasa, juga ada yang bilang iklan itu seperti komunikasi yang tidak cerdas. Kompas hari ini aku belum baca. Tapi mungkin perdebatan soal itu masih rame.

Waduh, aku jadi nglantur. Padahal cuma mau posting pikiranku soal kenaikan BBM. Soalnya gak asik juga kalau aku gak ikut mikir soal itu. Meski, ya cuma mikir, -dan malu2 posting di blog-. Ya, pengalaman personal aja. Tidak usah dibawa-bawa ke teori segala macam. Anggap saja ini mikirnya Patrick, si bloon di kartun SpongeBob.

Soal harga BBM yang naik, sampe sekarang aku belum terpengaruh. Nasi campur langgananku di Warung Jember Bu Nur masih tiga ribu perak per porsi. Seperti biasa aku masih tambah krupuk satu bungkus dan sekali-kali tambah gorengan. Total jendral empat ribu perak. Aku biasa menjatah sepuluh ribu per hari untuk makan. So, untuk soal ini aku belum terpengaruh.

Pengaruh yang -seharusnya- terasa sih harga bensin yang jadi Rp 2400 per liter dari semula Rp 1850. Tapi ini juga gak kerasa-kerasa amat. Aku tanya beberapa teman, dengan pendapatan yang mungkin tidak berbeda, juga mereka bilang gak terlalu ngaruh. Dengan alasan inilah aku pikir kenaikan BBM dengan alasan untuk pengalihan subsidi ke pendidikan dan kesehatan boleh saja.

Aku inget di kampung, di pesisir utara Jawa Timur. Setahuku di sana juga orang jarang yang pake BBM. Soalnya jarang yang punya motor, apalagi mobil. Mereka mungkin hanya beli minyak tanah untuk masak. But, setahuku harga minyak tanah untuk konsumsi rumah tangga tidak dinaikkan seperti yang lain. Harganya tetep 700 perak per liter. Minyak tanah pun hanya dipakai kadang-kadang. Mereka lebih sering pake kayu bakar. Lebih hemat dan lebih enak.

Masalahnya, justru orang-orang di kampungku jarang yang nerusin sekolah setelah SD, SMP, atau SMU. Aku sih beruntung karena bisa kuliah meski jungkir balik juga karena biaya sendiri. Alasan mereka tidak nglanjutin sekolah karena biayanya mahal. Nah, kalau subsidi itu dialihkan untuk biaya pendidikan, semoga saja semakin banyak orang di kampungku yang bisa sekolah lebih tinggi.

Kampungku hanya satu contoh. Kalau gak salah, sampe sekarang prosentase desa dan kota di Indonesia tetap banyak desa tuh. Artinya kondisi yang sama juga masih banyak terjadi di Indonesia, terutama di luar Jawa.

Selain biaya sekolah yang murah, semoga saja gaji guru juga dinaikin. Biar kakak-kakakku yang jadi guru bisa bertambah pendapatannya. Juga guru-guru yang lain.

Kalau subsidi itu bisa terwujud, waduh, aku sih dengan senang hati dan ikhlas nerima kenaikan harga BBM.

Masalahnya, bagaimana pengawasan agar subsidi itu memang terjadi?

Leave a comment

Filed under Uncategorized