Monthly Archives: December 2006

Merayakan Keragaman di Gang Kecil Kami

Meski tidak merayakannya, Natal tahun ini memberi sesuatu yang berarti bagiku.

Tahun-tahun sebelumnya aku hanya ngasi ucapan selamat pada teman yang merayakan. Tahun lalu aku main ke salah satu teman yang merayakan. Tahun ini meski hanya di rumah, maknanya sunguh berbeda. Continue reading

Leave a comment

Filed under Aneka Rupa, Bali, Daily Life

Met Natal

Untuk teman-teman yang ngrayain.

Met Natal. Semoga makin peduli dan berbagi pada orang lain..

Leave a comment

Filed under Bali, Daily Life

Sepasang Sandal Ketika Jumatan

Sepasang sandal itu mengingatkanku untuk tidak terus menuntut lebih. Aku harus bersyukur dengan apa yang aku terima, dengan apa yang aku punya..

Semoga jadi renungan akhir taun ini.

Leave a comment

Filed under Daily Life, Pikiran

Begitu Lemahnya Posisi Konsumen

Kalau dibilang salah, aku memang salah. Aku kok ya mau aja ketika bulan lalu ada SMS nawarin hadiah Rp 500 ribu bagi 100 pengirim pertama ke 7898 dengan mengetik REG. Aku pikir ya apa salahnya. Toh cuma iseng-iseng berhadiah. Siapa tau aku memang dapet. Eh, ternyata itu jebakan.

Dan aku bener2 terjebak sekarang. Tak bisa keluar. Continue reading

1 Comment

Filed under Aneka Rupa, Daily Life

Ketika Pecandu Narkoba Akhirnya Aksi

Setelah ngomong2 sejak lima bulan lalu, akhirnya aksi demo pun dilakukan ke Kejaksaan Negeri Denpasar dan Pengadilan Negeri Denpasar Kamis kemarin. Ikatan Korban Napza (IKON) Bali menuntut agar hakim tidak lagi menjatuhkan vonis hukuman penjara bagi pecandu narkoba. Sebab, nyatanya penjara memang bukan jawaban. Di dalam penjara, pecandu makin mudah dapat heroin dan narkoba jenis lain.

Demo kemarin mungkin bukan hal luar biasa. Massa sekitar 40 orang. Tuntutan penghapusan vonis penjara. Tujuan PN dan Kejari Denpasar. Orasi. Nyanyi2. Tidak ada yg istimewa. Continue reading

1 Comment

Filed under Aneka Rupa, Bali, Pekerjaan

Susahnya Otak Atik Blog

Untuk yang kesekian kali, aku belajar otak-atik blog. Kali ini pengen kasi sitemeter dan link. Udah baca buku2 ttg html, ttg ngelola blog. Udah cari2 artikel di internet ttg itu.

Bisa sih bisa. Masuk tiap penyedia layanan, login, copy kode html.. But, hasilnya selalu ga bener. Melorot ke bawah. Ga asik.

Lalu, aku kembali putus asa. Sebel!

2 Comments

Filed under Blogging, Daily Life

Perempuan di Sarang Penasun [8]

***

Toh, dengan semua masalah itu, usaha Yeni dan PL NEP Yakeba lain termasuk berhasil. Indikator paling jelas adalah makin banyaknya jumlah klien NEP Yakeba. Bulan pertama program berjalan ada 42 penasun dijangkau. Juni lalu ada 359 penasun klien NEP Yakeba. Sebagian klien juga ikut voluntary conselling testing (VCT) atau konseling dan tes secara sukarela. Bulan pertama hanya lima klien ikut VCT di Yakeba. Hingga Juni lalu sudah 63 orang ikut VCT, 58 di antaranya tes HIV. Hasilnya 28 penasun positif HIV. Continue reading

Leave a comment

Filed under Bali, Keluarga, Pekerjaan

Perempuan di Sarang Penasun [7]

***

Kecurigaan tetangga hanya satu masalah Yeni sebagai PL NEP. Dia pernah pula ditegur pimpinan PRM Sandat karena lokasi penjangkauannya terlalu dekat, bahkan sempat masuk areal terapi. Sebagian klien PRM Sandat kadang-kadang memang masih pakai heroin (occasional). Jarumnya mereka dapat dari PL NEP di situ termasuk Yeni. Karena Yeni satu-satunya PL NEP yang juga klien methadone, maka dia yang kena getah paling parah. Dia dipanggil pimpinan PRM Sandat dan diminta agar tidak lagi membagi jarum di lingkungan tersebut. Continue reading

Leave a comment

Filed under Bali, Keluarga, Pekerjaan

Perempuan di Sarang Penasun [6]

***
Ngobrol santai lebih sering dilakukan saat klien mengembalikan jarum. Misalnya Yeni mengajak klien ikut kelompok dampingan sebaya (KDS) atau client meeting. Atau kalau sudah tahu statusnya positif diajak Positive Chat. Bahan obrolan kadang termasuk soal keluarga atau pasangan. “Biar pun statusnya ODHA, mereka terbuka. Masalahnya cuma lingkungan keluarga atau rumah masih ada yang belum bisa nerima sepenuhnya,” tambahnya. Continue reading

Leave a comment

Filed under Bali, Keluarga, Pekerjaan

Perempuan di Sarang Penasun [5]

***

Prosentase HIV/AIDS di kalangan penasun dibanding kelompok berisiko tinggi lain memang lebih tinggi. Per April lalu dari 984 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bali, 453 orang dari kalangan penasun, hampir separuhnya. Sisanya dari kalangan heteroseks (355 orang) dan homoseks (84 orang). Sebagai bandingan, pada Maret 2005 lalu, ada 321 penasun dari 635 ODHA. Sisanya, 175 heteroseksual dan 55 homoseksual.

Merangkaknya prevalensi penularan HIV di kalangan junkie jadi kekhawatiran lembaga penanggulangan HIV/AIDS. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pelaksana NEP pun bertambah. NEP masuk program harm reduction atau pengurangan dampak buruk. Yakeba, sebelumnya fokus ke rehabilitasi pecandu heroin dan pencegahan, pun melasanakan harm reduction, termasuk NEP sejak Oktober 2005. “Kami lihat ODHA IDU makin banyak dan tidak tercover, jadi ya kami coba ke harm reduction,” kata Kadek Moyong, Koordinator Lapangan (Korlap) NEP Yakeba.

PL NEP Yakeba direkrut dari staf dan relawan Yakeba yang sebagian besar bekas junkie. Mereka dilatih sebagai petugas penjangkau. Namun tak semua PL baru itu staf dan relawan Yakeba. Ada pula klien LSM lain. Salah satunya Yeni. Setelah mengikuti pelatihan, Yeni jadi salah satu dari sepuluh PL NEP Yakeba hingga Juni lalu.

Sejak jadi PL, rutinitas Yeni berubah. Selesai minum methadone di PRM Sandat tiap pukul 8 pagi, dia ke Yakeba. Padahal biasanya dia ngobrol dulu di sana sampai pukul 11 untuk minum methadone lagi. Tapi sekarang pukul 8.30 dia harus sudah di Yakeba untuk absen dan morning briefing yang diikuti semua PL, Korlap, dan Manajer Program. Selain soal rencana kerja harian, saat morning briefing juga dibagi jarum untuk masing-masing PL, termasuk Yeni.

Tiap hari Yeni dapat 25-30 jarum. Berbekal jarum dia kembali ke warung tempat dia dan Cecep serta puluhan junkie lain bertemu.

Awal jadi PL, Yeni mencari teman-temannya saat dia masih pakaw. Dia ke Kuta dan ke daerah Jl Gatot Subroto Barat Denpasar nyanggongin teman-temannya yang ikut terapi substitusi heroin dengan buprenorphin. Buprenorphin merupakan produk generik yang dikenal dengan nama pasar Subutex. Menurut aturan pakai, pil ini dikonsumsi secara sub-lingual, ditaruh di bawah lidah dan dibiarkan larut. Tujuannya mengurangi ketergantungan pada heroin atau menghilangkan sakaw.

Masalahnya, junkie yang ikut terapi Subutex belum bisa menghilangkan kebiasaan nyuntik. Barangnya memang bukan putaw, tapi caranya tetap cucaw. Karena itu Yeni juga membagi jarum pada mereka. “Memang tidak bagus, tapi gimana lagi? Daripada mereka berbagi jarum kan?” kata Yeni balik bertanya.

Dua bulan terakhir, Yeni lebih banyak nongkrong di warung di daerah Denpasar Barat. “Anak-anak (junkie) lagi kumat-kumatnya sekarang,” kata Yeni.

Sebelumnya sudah ada PL Yayasan Hatihati di tempat itu. Kini Hatihati dan Yakeba saling mengisi. Di warung itu Yeni bisa membagi paling tidak 25 jarum hingga sekitar pukul 14.00 wita. Selama sehari, klien paling banyak sekitar pukul 11 dan pukul 1 siang. Selama menunggu itu, Yeni biasa duduk-duduk di warung sambil minum teh atau kopi.

Sambil minum kopi dan menghisap rokok Yeni juga ngobrol masalah kesehatan sama kliennya. Tidak mudah. Karena beberapa anak sempat ngeblok, sok tahu soal masalah yang dibicarakan. Yeni sempat kesal. “Aku sudah capek-capek berniat baik masa digituin,” katanya. Tapi lama-lama klien bisa cerita banyak soal masalah mereka masing-masing. [ke posting berikutnya]

***

1 Comment

Filed under Uncategorized